Translate

Jumat, 29 Maret 2013

Identifikasi problem SDM Nasional dan kualitas SDM kita dibandingkan negara yang lain di Asia_jilid 5


C. Pengaruh IPTEK dengan kualitas SDM Nasional

                  Perguruan Tinggi Indonesia tidak termasuk dalam TOP 500 Universitas di dunia dan dalam TOP 50 Universitas di dunia hanya terdapat 3 Perguruan Tinggi dari Asia Pasifik yaitu Universitas of Tokyo, of Kyoto dan Australia National University.

                   Mantan Presiden yang pernah menjabat Menristek Prof Bacharuddin Jusuf Habibie dalam cermah ilmiahnya dengan tema "Pembangunan Iptek untuk Peradaban dan Kesejahteraan Bangsa," di Gedung BPPT Jakarta, Selasa (24/2).

                   Pendidikan Indonesia lanjutnya, jauh tertinggal jika dibandingkan dengan negara lain. Penyebab utama Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia tidak optimal dan harus lebih ditingkatkan lagi. Hal itu menyebabkan pembangunan di Indonesia terhambat begitu pula terhadap dunia pendidikan.

                  Untuk itu menurut Habibie sudah saatnya rakyat untuk menyakinkan wakil-wakil rakyat dan para tokoh politik di Indonesia bahwa pembangunan Indonesia itu harus mengandalkan sumber daya manusia. Sedangkan sumber daya alam (SDA) sendiri harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk membiayai proses pendidikan, maka dengan demikian pendidikan dapat tercapai sebagaimana mestinya.

                  Kerjasama dengan pusat-pusat keunggulan pendidikan di luar negeri, terutama yang mau menginvest ke Indonesia. Selain itu industri-industri yang berada di Indonesia juga sudah seharusnya turut membiayai proses pendidikan yang ada, guna meningkatkan kualitas SDM yang ada.

                     Habibie juga menyatakan perkembangan sejarah kemanusiaan membuktikan sejak dahulu hanya bangsa-bangsa yang dapat menguasai dan memberdayakan ilmu dan teknologilah yang dapat mempertahakan harkat hidup dan harga diri kebangsaan dan kenegaraannya.

                
                     Hal ini terbukti dengan adanya penguasaan dan pemberdayaan Iptek mensyaratkan pandangan yang jauh ke depan. Iptek akan dapat dikuasai dan diberdayakan hanya jika aspek-aspek persyaratan sustainabilitas rantai-aktifitas dan londusifitas lingkungan pertumbuhannya mendukung.

                    Sebab aktifitas Iptek sangat rentan pada jebakan yang memutuskan seluruh kegiatan jika aktifitas penguasaan yang tidak menciptakan keterhubungan dengan aktifitas pemberdayaan, yang pada gilirannya menumbuhkan kesan pemborosan sumberdaya. Untuk itu perlu tranformasi penguasaan Iptek tersebut perlu diupayakan agar mencapai nilai ambang batas yang dapat memicu dan memacu tumbuhnya kemandirian dalam upaya menciptakan pembaharuan sumber-sumberdaya Iptek secara keseluruhan.

                    Namun untuk mencapai tingkat itu memang dibutuhkan peningkatan kapasitas dan kapabilitas yang dapat membuktikan bahwa katifitas penguasaan dan pemberdayaan Iptek memang memberikan sumbangsih bagi kehidupan negara bangsa. Untuk itu diperlukan penyadaran pada keseluruhan elemen masyarakat negara bangsa bahwa eksistensi dan harga diri negara ini hanya akan bisa dipertahankan jika iptek sebagai elemen dasar kehidupan berbangsa di masa depan terkuasai dan dapat terberdayakan.

                   Untuk mencapai tingkat penyadaran pada seluruh elemen masyarakat bangsa, maka persoalan Iptek perlu digeser menjadi persoalan politik bangsa. Dalam konteks ini, Soekarno sebagai presiden pertama sebagai politik teknologi.

Sumber:
Oleh: Prof Dr BJ Habibie
on: January 08, 2010, 08:31:51 am

Tidak ada komentar:

Posting Komentar