Translate

Sabtu, 30 Maret 2013

Penerbangan Tepat Waktu atau On Time Performance_2


Melanjutkan kembali tulisan saya sebelumnya di 13 Desember 2011 dengan judul yang sama, penulis mencoba melanjutkan kembali dengan issue yang sama yaitu hal yang terkait dengan  
Penerbangan Tepat Waktu atau On Time Performance didalam usaha dunia penerbangan .

Mengelola On Time Performance atau disebut OTP berarti mengelola semua aspek terkait yang berkontribusi lansung ataupun tidak lansung terhadap kelancaran operasi penerbangan itu sendiri dimana outputnya adalah OTP.
Tidaklah mudah dalam mengelola OTP ini yang sebenarnya tanpa disadari oleh para Management Airline dimana sesungguhnya dalam mengelola OTP berarti menjalankan inti proses dari usaha penerbangan itu sendiri yang outputnya bisa menyebabkan 2 hal utama yaitu keuntungan atau kerugian baik secara fisik ataupun non-fisik.
Penulis dalam hal ini mencoba akan mengklasifikasi atau menggolongkan faktor – faktor yang terkait dengan OTP secara umum dan akan dibahas tersendiri issue – issue  utama yang mempengaruhi dari hal OTP itu sendiri.


Faktor – faktor utama yang mempengaruhi OTP:
1.    Financial
2.    Operational Penerbangan (Aviation Operations)
3.    Resources

Penulis hanya mengelompokkan menjadi tiga faktor utama saja ,  dimana yang menarik adalah untuk item no 2 atau Operational Penerbangan (Aviation Operations)  didalamnya akan melibatkan empat hal pokok yang merupakan satu kesatuan Operational Penerbangan (Aviation Operations) yaitu:
1.    Flight Operation
2.    Ground Operation
3.     Aviation Marketing / Revenue Management
4.     Aviation Technical / Technical Operational

Untuk pengelolaan proses ke tiga faktor utama ini yang akan menentukan keberhasilan OTP dimana outputnya  mempunyai efek keuntungan financial bagi perusahaan penerbangan itu sendiri dalam menjalankan “Airline Business” nya  untuk memenuhi Visi dan Misi perusahaan penerbangan tersebut.
Penulis akan menulis tentang ketiga faktor utama dan faktor pendukungnya berdasarkan issue – issue utama yang terkait dengan OTP dengan judul yang berbeda.

Jumat, 29 Maret 2013

Identifikasi problem SDM Nasional dan kualitas SDM kita dibandingkan negara yang lain di Asia_Final


Analisa SWOT sederhana untuk kualitas SDM Nasional saat ini

Strength

·         Jumlah penduduk Indonesia yang banyak.
·         Orang Indonesia lebih senang pulang kampung setelah pekerjaan selesai. Bagi pemberi pekerjaan di luar negeri, hal ini merupakan faktor yang penting karena nantinya tidak memberatkan mereka dengan urusan penduduk baru (imigran).
·         Banyak profesional dan pendidik Indonesia yang lulusan perguruan tinggi di luar negeri. Mereka memiliki kemampuan yang sama dengan koleganya di luar negeri.

Weakness

·         Orang Indonesia dikenal tidak efisien (lambat bekerja), memiliki etos kerja yang rendah, dan lebih dikenal sebagai tenaga kasar sebagai buruh perkebunan, bangunan pembantu rumah tangga sebagai contohnya.
·         Orang Indonesia sering tidak betah bekerja di luar negeri (home sick).
·         Kemampuan berkomunikasi dan berbahasa Inggris yang rendah (dibandingkan dengan beberapa negara seperti India, Pakistan, Singapura, Malaysia, dan Filipina).
·         Fasilitas pendidikan (perguruan tinggi) yang terbatas dan seringkali tidak mencukupi kebutuhan. Sebagai contoh, perpustakaan yang baik merupakan sebuah fasilitas yang langka di Indonesia. Perhatian pemerintah kepada pendidikan masih rendah. Terbukti dari rendahnya dana untuk pendidikan.
·         Sangat minim perhatian pemerintah untuk kesehatan masyarakat terutama untuk masyarakat kurang mampu dalam skala Nasional.

Opportunity

·         Kebutuhan SDM sebenarnya masih sangat besar, terutama untuk kebutuhan untuk kebutuhan luar negeri dimana jika dikoordinasikan dengan baik oleh pemerintah Indonesia seperti yang telah dicontohkan oleh pemerintah Filipina.
·         Kebutuhan SDM didalam negeripun juga masih dibutuhkan jika penyebar rataan SDM ke daerah – daerah pelosok di Indonesia dan dikelola oleh pemerintah Indonesia dengan baik seperti program transmigrasi dimasa lalu.

Threats

·         Negara lain di Asia merupakan saingan terbesar adalah Filipina, India dan Pakistan mereka telah dikenal kemampuan SDM nya  yang mempunyai mulai dikenal dengan back ground pendidikannya minimal mempunyai kemampuan berbahasa Inggris yang baik.

Adapun yang menjadi kesimpulan penulisan ini adalah sebagai berikut:
·         Problem SDM Nasional diidentifikasikan atau disebabkan oleh masalah kualitas SDM itu sendiri.
·         Kualitas SDM Nasional menyangkut 2 aspek yaitu aspek fisik terkait dengan kualitas kesehatan dan aspek non – fisik terkait dengan kualitas pendidikan.
·         Perlunya peran aktif dari pemerintah untuk menaikkan kualitas SDM Nasional.
·         Pengangguran dan kemiskinan yang menyebabkan pendidikan dan kesehatan rendah.
·         Pertumbuhan angkatan kerja lebih besar ketimbangan ketersediaan lapangan kerja dan tidak meratanya distribusi angkatan kerja yang ada ke daerah – daerah yang membutuhkan.
·         Ketidaksesuaian kompetensi SDM dengan pasar kerja dan tidak meratanya informasi tentang kesempatan bekerja.

Identifikasi problem SDM Nasional dan kualitas SDM kita dibandingkan negara yang lain di Asia_jilid 7


B. Index Pembangunan SDM Indonesia Underdog di ASEAN, Urutan 111 Dunia

                 Badan Dunia untuk Program Pembangunan (UNDP) menempatkan Indonesia pada urutan ke-111 dari 182 negara dalam perkembangan indeks pembangunan manusia (human development index/HDI). Peringkat tersebut lebih rendah di banding kebanyakan negara lain di Asia Tenggara.
Demikian terungkap dalam Laporan Pembangunan Manusia 2009 yang dipublikasikan di Jakarta, Senin (5/10). ”Dari laporan terbaru data 2007, Indonesia menempati posisi 111 dari 182 negara. Indeks pembangunan manusia RI memiliki nilai 0,734, berada pada range pengembangan medium,” ujar Kepala Tim Unit Pemerintahan Demokrasi UNDP Rizal Malik dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (5/10).
Rizal menjelaskan, peringkat tersebut menurun dibandingkan data sebelumnya yaitu pada posisi 109 dari 179 negara dengan angka indek 0,726. Perubahan tersebut karena adanya revisi data yang diperbarui oleh UNDP, sebelumnya tiga negara belum ditambahkan ke dalam penilaian. Ketiga negara itu adalah Afghanistan, Andorra, dan Liechtenstein.

                      “Perubahan dari indeks ini disebabkan adanya revisi data dengan ditambahkannya tiga negara ini. Sebagai hasilnya, kebanyakan ranking negara-negara berubah dengan penambahan ini. Andora dan Liechtenstein yang dua-duanya menempati urutan 30 negara terbaik dalam HDI,” jelasnya.
Rizal menjelaskan, salah satu hal yang dinilai dalam HDI adalah kualitas hidup manusia dalam suatu negara.
                        Kualitas hidup manusia di Indonesia menurut UNDP masih lebih rendah di banding negara-negara tetangga di Asia Tenggara.
Singapura, misalnya berada di ranking 23 (HDI 0,944), Brunei Darussalam ranking 30 (HDI 0,920), dan Malaysia ranking 66 (HDI 0,829). Sementara Thailand berada pada ranking 86 (HDI 0,783), dan Filipina ranking 105 (HDI 0,751). ”Ranking HDI Indonesia masih lebih baik dari Vietnam dan Laos yang berada pada ranking 116 dan 133,”ujardia. Rizal menjelaskan, HDI Indonesia 0,734 merupakan angka indeks di bawah rata-rata untuk kawasan Asia Timur. Namun, untuk Asia Pasifik, pencapaian itu sudah di atas rata-rata sebesar 0,686, sehingga HDI Indonesia dikategorikan pada posisimedium.

                          ”Kualitas kehidupan manusia dalam suatu negara diukur dari besarnya pendapatan nasional bruto (GDP) dan daya beli masyarakat yang dinyatakan dalam dolar. Di samping itu juga dipengaruhi oleh ekspektasi hidup dan tingkat kelahiran dan tingkat kemelekan huruf,” tutur Rizal.
EnamPilar. Dalam laporan itu, UNDP menawarkan enam pilar untuk memaksimalkan dampak pembangunan manusia dari migrasi buruh baik internal maupun eksternal (lintas batas negara). Keenam pilar tersebut meliputi meliberalisasi dan menyederhanakan jalur-jalur resmi yang memungkinkan buruh tidak terampil untuk mencari kerja di luar negeri, dan menjamin hak-hak dasar untuk para migran.
                      
                     Hal lainnya adalah dengan mengurangi biaya transaksi terkait dengan migrasi, memperbaiki keluaran bagi migran dan komunitas tempat tujuan. ”Itu juga untuk memungkinkan manfaat dan mobilitas internal serta menjadikan mobilitas bagian integral dari strategi pembangunan nasional,” tutur Rizal.
Menurut laporan UNDP, migrasi baik internal maupun eksternal memberi kontribusi yang signifikan baik berupa keuntungan maupun masalah bagi tempat yang dituju. migran meningkatan kegiatan ekonomi, tanpa atau dengan sedikit mengakibatkan kerugian terhadap penduduk lokal. (InvestorDaily)

Sumber:
Wednesday, October 7, 2009 at 12:37pm
http://ruanghati.com/2009/10/06/memprihatikan-index-pembangunan-sdm-indonesia-underdog-di-asean-urutan-111-dunia/

Identifikasi problem SDM Nasional dan kualitas SDM kita dibandingkan negara yang lain di Asia_jilid 6


II.  Kualitas SDM kita dibandingkan negara yang lain di Asia.

A. Kualitas SDM kita masih rendah
           Indonesia merupakan negara berpenduduk besar, namun kualitas sumberdaya manusia (SDM) yang dimiliki lebih rendah dari bangsa-bangsa lain di kawasan Eropa dan Amerika.Demikian pula bila dibandingkan dengan SDM negara-negara di kawasan Asia Timur dan negara tetangga di kawasan ASEAN seperti Singapura dan Malaysia.
          Hal itu dikatakan oleh guru besar Fakultas Psikologi UGM Prof Dr Asmadi Alsa, ketika menyampaikan pidato pengukuhannya sebagai guru besar di depan rapat terbuka Majelis Guru Besar UGM, di Balai Senat kampus Bulaksumur, Yogyakarta.
          Menurut Prof Asmadi, untuk meningkatkan kualitas SDM instansi yang paling strategis adalah lembaga pendidikan. Individu yang cerdas dan berbakat merupakan aset bagi kualitas SDM suatu bangsa, namun kecerdasan serta keberbakatan siswa tidak akan teraktualisasi dan berkembang secara optimal apabila tidak mendapatkan pendidikan yang sesuai.
           Selain itu komponen afektif dan psikomotorik juga tidak akan berkembang ke arah yang positif apabila sistem dan metode pembelajarannya tidak berjalan sesuai dengan kurikulum dan sistem pendidikan nasional yang ditetapkan.
             Dikatakan oleh dosen Sekolah Pascasarjana UGM dan beberapa PTS di Surabaya dan Surakarta itu, bahwa penyelenggaraan kelas akselerasi di SMA telah membuat siswa memperoleh percepatan dalam perkembangan intelektual, tetapi tidak memperoleh percepatan dalam perkembangan ranah afektif dan psikomotorik.
               Aktivitas belajar yang padat mampu meningkatkan regulasi diri siswa dalam belajar, sehingga mereka lebih memiliki daya juang dalam belajar. Dan tugas-tugas belajar yang banyak di luar jam sekolah, juga mampu mengembangkan belajar kolaboratif di antara siswa, yang berpengaruh positif bagi kemampuan kerja sama antara siswa ekselerasi.
              Selain itu dinilai oleh Prof Asmadi, bahwa padatnya aktivitas belajar siswa kelas akselerasi di SMA sejauh ini tidak menimbulkan dampak negatif. Meskipun demikian sekolah tetap harus melakukan pemantauan terhadap kinerja akademik dan perilaku siswa pada semester awal, khususnya kepada siswa yang tidak memenuhi kualifikasi, karena kolompok itulah yang potensial mengalami masalah penyesuaian.
              Kendala utama tidak tercapainya standar kompetensi siswa kelas akselerasi yang berkaitan dengan perkembangan ranah afektif. adalah kurikulum yang padat, sistem ujian nasional yang diberlakukan pemerintah, belum siapnya guru menggunakan metode pembelajaran yang variatif dan interaksi antara ketiga faktor tersebut.
Sumber:  
Situs resmi kementerian coordinator kesejahteraan rakyat 

Identifikasi problem SDM Nasional dan kualitas SDM kita dibandingkan negara yang lain di Asia_jilid 5


C. Pengaruh IPTEK dengan kualitas SDM Nasional

                  Perguruan Tinggi Indonesia tidak termasuk dalam TOP 500 Universitas di dunia dan dalam TOP 50 Universitas di dunia hanya terdapat 3 Perguruan Tinggi dari Asia Pasifik yaitu Universitas of Tokyo, of Kyoto dan Australia National University.

                   Mantan Presiden yang pernah menjabat Menristek Prof Bacharuddin Jusuf Habibie dalam cermah ilmiahnya dengan tema "Pembangunan Iptek untuk Peradaban dan Kesejahteraan Bangsa," di Gedung BPPT Jakarta, Selasa (24/2).

                   Pendidikan Indonesia lanjutnya, jauh tertinggal jika dibandingkan dengan negara lain. Penyebab utama Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia tidak optimal dan harus lebih ditingkatkan lagi. Hal itu menyebabkan pembangunan di Indonesia terhambat begitu pula terhadap dunia pendidikan.

                  Untuk itu menurut Habibie sudah saatnya rakyat untuk menyakinkan wakil-wakil rakyat dan para tokoh politik di Indonesia bahwa pembangunan Indonesia itu harus mengandalkan sumber daya manusia. Sedangkan sumber daya alam (SDA) sendiri harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk membiayai proses pendidikan, maka dengan demikian pendidikan dapat tercapai sebagaimana mestinya.

                  Kerjasama dengan pusat-pusat keunggulan pendidikan di luar negeri, terutama yang mau menginvest ke Indonesia. Selain itu industri-industri yang berada di Indonesia juga sudah seharusnya turut membiayai proses pendidikan yang ada, guna meningkatkan kualitas SDM yang ada.

                     Habibie juga menyatakan perkembangan sejarah kemanusiaan membuktikan sejak dahulu hanya bangsa-bangsa yang dapat menguasai dan memberdayakan ilmu dan teknologilah yang dapat mempertahakan harkat hidup dan harga diri kebangsaan dan kenegaraannya.

                
                     Hal ini terbukti dengan adanya penguasaan dan pemberdayaan Iptek mensyaratkan pandangan yang jauh ke depan. Iptek akan dapat dikuasai dan diberdayakan hanya jika aspek-aspek persyaratan sustainabilitas rantai-aktifitas dan londusifitas lingkungan pertumbuhannya mendukung.

                    Sebab aktifitas Iptek sangat rentan pada jebakan yang memutuskan seluruh kegiatan jika aktifitas penguasaan yang tidak menciptakan keterhubungan dengan aktifitas pemberdayaan, yang pada gilirannya menumbuhkan kesan pemborosan sumberdaya. Untuk itu perlu tranformasi penguasaan Iptek tersebut perlu diupayakan agar mencapai nilai ambang batas yang dapat memicu dan memacu tumbuhnya kemandirian dalam upaya menciptakan pembaharuan sumber-sumberdaya Iptek secara keseluruhan.

                    Namun untuk mencapai tingkat itu memang dibutuhkan peningkatan kapasitas dan kapabilitas yang dapat membuktikan bahwa katifitas penguasaan dan pemberdayaan Iptek memang memberikan sumbangsih bagi kehidupan negara bangsa. Untuk itu diperlukan penyadaran pada keseluruhan elemen masyarakat negara bangsa bahwa eksistensi dan harga diri negara ini hanya akan bisa dipertahankan jika iptek sebagai elemen dasar kehidupan berbangsa di masa depan terkuasai dan dapat terberdayakan.

                   Untuk mencapai tingkat penyadaran pada seluruh elemen masyarakat bangsa, maka persoalan Iptek perlu digeser menjadi persoalan politik bangsa. Dalam konteks ini, Soekarno sebagai presiden pertama sebagai politik teknologi.

Sumber:
Oleh: Prof Dr BJ Habibie
on: January 08, 2010, 08:31:51 am