4C
CHANGE, COMPANY, CUSTOMER, COMPETITOR
Dalam
bagian ini, kami mencoba untuk mengeksplorasi lebih dalam lagi tentang
pemasaran yang telah dilakukan oleh Garuda Indonesia dalam menghadapi persaingan
yang semakin ketat di dunia penerbangan khususnya Indonesia. Kami mencoba
melakukan pendekatan dengan menggunakan konsep 4C yang meliputi Change, Company, Customer dan
Competitor.
CHANGE : Layanan yang cepat,
radikal dan berkelanjutan
Dalam bagian
CHANGE, Garuda Indonesia melakukan pendekatan change dari sisi teknologi,
regulasi , sosial budaya, ekonomi dan pasar.
1.
Sisi teknologi
Berdasarkan pertimbangan untuk melakukan perbaikan
dari sisi efisiensi operasional, keamanan dalam penerbangan, dan masalah
lingkungan serta keinginan Garuda Indonesia untuk menjadi sebuah penerbangan
yang full services sebagai salah satu daya saing dalam berkompetisi di dunia
penerbangan, Garuda Indonesia telah menetapkan untuk menambah armada
penerbangan hingga 10 unit B777-300ER dengan fasilitas teknologi yang canggih.
Selain itu, Garuda Indonesia juga telah melakukan pembelian 25 unit armada
B737-800NG untuk mendukung perluasan area penerbangan yang dimiliki.
2.
Sisi regulasi
Garuda Indonesia juga telah melakukan penyesuaian
sesuai dengan perubahan regulasi dalam penerbangan yang terjadi untuk dapat
terus eksis di dalam dunia penerbangan, baik dalam skala nasional atauapun
dalam skala internasional. Garuda Indonesia menyadari pentingnya untuk
melakukan peningkatan kualitas pelayanan dalam menghadapi penerapan Open Sky
Policy in Asean yang rencananya akan diterapkan pada tahun 2015. Hal ini
menyebabkan makin banyak jumlah kompetitor yang harus dikalahkan oleh Garuda
Indonesia jika ia masih ingin eksis di dunia penerbangan ini. Ini berarti,
Garuda Indonesia harus siap melawan maskapai penerbangan dari luar negeri yang
telah berani memberikan jasa penerbangan dengan harga yang relatif jauh lebih
murah darinya.
Selain itu, Garuda Indonesia juga pernah
mengalami masalah di bidang regulasi yang sempat dikeluarkan oleh beberapa
negara besar di dunia yang melarang warga negaranya untuk berkunjung ke
Indonesia setelah beberapa kejadian kecelakaan yang sempat terjadi oleh
maskapai penerbangan Indonesia. Hal ini menyebabkan pandangan masyarakat dunia
tentang kualitas keamanan penerbangan yang dimiliki oleh maskapai penerbangan
Indonesia, dalam hal ini Garuda Indonesia seakan menjadi korban.
Menyikapi perubahan tersebut, Garuda Indonesia
berusaha untuk memperbaiki tingkat keamanan dan jaminan keselamatan bagi
seluruh penumpangnya dengan cara mendapatkan sertifikat IATA Operational Safety
Audit pada tahun 2008 dengan cara yang sangat susah dan harus melewati proses
yang panjang. IATA Operational Safety Audit adalah sertifikasi internasional di
bidang jaminan keselamatan dan telah diakui oleh internasional. Sebagai
informasi, Garuda Indonesia adalah maskapai penerbangan Indonesia yang pertama
dan satu-satunya dari Indonesia yang telah mendapatkan sertifikasi
internasional tersebut.
3.
Sisi ekonomi
Sisi ekonomi juga memberikan
dampak yang penting bagi dunia maskapai penerbangan. Kondisi ekonomi yang baik,
akan diikuti dengan meningkatnya tingkat daya beli masyarakat. Begitu pula
sebaliknya, jika kondisi ekonomi sedang tidak baik, biasanya tingkat daya beli
menjadi menurut. Hal ini dirasakan pada waktu terjadinya resesi ekonomi di
dunia sehingga menyebabkan beberapa negara merasakan makin lesunya perekonomian
di negaranya, tak terkecuali Indonesia. Indonesia juga merasakan dampak dari
resesi ekonomi yang terjadi beberapa tahun lalu.
Jika dibandingkan dengan
negara lain, Indonesia masih bisa dikatakan negara yang beruntung. Kondisi
ekonomi Indonesia semakin lebih baik dan segera keluar dari resesi ekonomi yang
ada, tidak seperti negara-negara berkembang yang lain yang masih terpuruk
ekonominya. Walaupun masih dirasakan dampak dari resesi ekonomi dunia itu,
tetapi daya beli masyarakat terhadap penggunaan layanan tranportasi penerbangan
masih bisa dikatakan cukup tinggi sehingga maskapai penerbangan lokal yang ada
tidak perlu melakukan penurunan harga tiket secara drastis.
4.
Sisi pasar
Dari sisi pasar, Garuda Indonesia telah menyadari
bahwa dia bukanlah satu-satunya pemain utama di dalam dunia maskapai
penerbangan domestik. Garuda Indonesia telah menyadari makin banyaknya muncul
kompetititor dalam dunia penerbangan domestik dimana kompetitornya lebih
menekankan pada penekanan harga tiket yang murah (low cost).
Menanggapi persaingan harga yang makin ketat,
Garuda Indonesia tidak langsung menyerah pada keadaan lalu mengikuti pola
permainan lawannya dengan cara membanting harganya sehingga harus mengorbanan
visi awal nya mereka untuk menjadi penerbangan yang dapat bersaing hingga ke
dunia internasional. Garuda Indonesia memutuskan untuk membuat sebuah anak perusahaan baru di
bawahnya yang bernama Citilink dimana melalui anak perusahaan tersebutlah,
Garuda Indonesia dapat “merebut” hati pelanggannya dengan konsep “low cost”.
Alat ini digunakan sebagai salah satu alat untuk bersaing dengan kompetitornya
yang menawarkan konsep “low cost” juga.
COMPANY : Membentuk “New” Garuda
Indonesia
Garuda
Indonesia menyadari perubahan yang telah terjadi dipasar dan terus melakukan
dari banyak aspek. Dari aspek perusahaan, Garuda Indonesia pada tahun 2009
meluncurkan program “The Garuda Indonesia Experience” dimana melalui program
ini, Garuda Indonesia tidak hanya sekedar meningkatkan pelayanan yang bersifat
“hanya pelayanan saja”, tetapi lebih mengarah kepada “pelayanan yang peduli
akan konsumennya”. Salah satu contoh yang konkrit akan program ini adalah
dengan memberikan visa on-board, kolaborasi dengan kantor imigrasi
setempat. Hal ini membuat pelanggan
Garuda tidak perlu lagi menunggu lama di antrian loket imigrasi dan bea cukai.
Selain
melakukan pemotongan dari waktu antri untuk seluruh pelanggan Garuda Indonesia,
Garuda Indonesia juga melakukan perubahan logo dan warna pada identitas
perusahaannya. Jenis tulisan yang digunakan merefleksikan gaya dinamis saat
ini. Logo yang ditaruh di atas tulisan memberikan makna bahwa Garuda Indonesia
dapat “fly higher” (dapat lebih terbang lebih tinggi). Warna perusahaan juga
telah diperkaa dengan warna kuning dan merah. Perubahan identitas perusahaan
ini juga diaplikasikan pada warna badan pesawat, desain interior dan diaplikasikan
pada semua elemen perusahaan. Desain baru tersebut dikenal dengan nama “Garuda
Nature’s Wing” dimana merupakan salah satu bagian dalam komitmen Garuda
Indonesia untuk menjadi sebuah maskapai penerbangan yang “full-service”
CUSTOMER : Memperkuat bargaining
position
Garuda
Indonesia menyadari betapa ketatnya persaingan yang harus dihadapinya untuk
mendapatkan tempat di hati pelanggannya. Setiap orang kini lebih pintar dalam
memilih produk karena semakin banyaknya pilihan jasa penerbangan yang beredar. Setiap
orang kini dapat memilih rute penerbangan sesuka hati dengan banyak
pertimbangan baik dari sisi harga, keselamatan penerbangan, tingkat layanan dan
sebagainya. Itu berarti semakin sulit juga untuk mendapatkan tingkat kepuasan
pelanggan dimana harapannya dapat membuat seseorang untuk kembali menggunakan
jasa penerbangannya lagi.
Hal
inilah yang membuat Garuda Indoensia mawas diri untuk segera melakukan
perbaikan dari segala aspek. Garuda Indoensia menyadari bahwa Garuda Indonesia
harus lebih mengarahkan pelayanan yang berorientasi pada customer
(customer-oriented), bukan lagi berorientasi pada nama perusahaan saja. Hal ini
diharapkan agar Garuda Indonesia dapat tetap menuju ke visi yang diharapakan
yaitu menjadi “pemimpin” dalam dunia maskapai penerbangan domestik dan mampu
bersaing di dunia internasional
COMPETITOR : Meningkatkan jumlah
dan lebih agresif
Garuda
Indonesia menyadari bahwa persaingan di dunia penerbangan makin meningkat. Hal
ini dinyatakan melalui jumlah maskapai penerbangan yang baru baik dari domestic
maupun dari internasional.
Di dunia
internasional, Garuda Indonesia harus bersaing melawan maskapai penerbangan
yang “heavyweight” seperti Singapore Airlines, Cathay Pacific, Thai Airways,
Malaysian Airlines System dan masih banyak lagi yang lain. Di daerah ASEAN,
Garuda Indonesia harus bersaing melawan Air Asiea, Jetstar Airways, Value Air
dan maskapai penerbangan yang lain yang menawarkan jasa penerbangan dengan
konsep “low-cost carrier”. Hal ini menyebabkan Garuda Indonesia harus menerapkan
strategi baru dalam kegiatannya untuk merebut hati pelanggannya untuk tidak
beralih ke maskapai penerbangan lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar