Translate

Selasa, 18 Desember 2012

Analytic Hierarchy Process (AHP)


Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy Process - AHP) dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton School of Business pada tahun 1970-an untuk mengorganisasikan informasi dan judgment dalam memilih alternatif yang paling disukai (Saaty, 1983). Dengan menggunakan AHP, suatu persoalan yang akan dipecahkan dalam suatu kerangka berpikir yang terorganisir, sehingga memungkinkan dapat diekspresikan untuk mengambil keputusan yang efektif atas persoalan tersebut. Persoalan yang kompleks dapat disederhanakan dan dipercepat proses pengambilan keputusannya.
Prinsip kerja AHP adalah penyerderhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, stratejik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel yang lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut.
Secara grafis, persoalan keputusan AHP dapat dikonstruksikan sebagai diagram bertingkat, yang dimulai dengan goal/sasaran, lalu kriteria, dan alternatif

Tahapan – tahapan pengambilan keputusan dalam metode AHP adalah sebagai berikut :
1.      Membuat struktur hirarki dari permasalahan pengambilan keputusan
Pembuatan struktur hirarki dari suatu permasalahan merupakan proses awal yang menjadi dasar dalam AHP. Hirarki yang dibangun menunjukkan hubungan antara elemen-elemen pada level yang sama dengan level dibawahnya. Saaty (2000) menyarankan bahwa salah satu cara yang paling tepat dalam membuat struktur hirarki adalah dengan menetapkan tujuan (goal) yang ingin dicapai, kemudian diturunkan hirarkinya. Sedangkan penyelesaikan alternatif-alternatif naik ke atas samapai dimana dua proses terhubungkan dan dapat dibandingkan. 
2.      Membuat matrik perbandingan berpasangan
Setelah struktur hirarki terbentuk dan data telah diperoleh, maka dilakukan perbandingan. Parameter-parameter dari setiap elemen dari matriks berpasangan (pairwise) perlu didefinisikan. Elemen-elemen dari suatu level dibandingkan berpasangan dengan tetap memperhatikan elemen spesifik pada level diatasnya. Suatu matriks keputusan (A) akan diformulasikan dengan menggunakan perbandingan tersebut. Perbandingan antara dua kriteria dibuat berdasarkan kriteria mana yang lebih penting     dengan mempertimbangkan tujuan yang ingin dicapai. Saaty (2000) menyarankan menggunakan skala 1-9 untuk perbandingan secara kuantitatif dari alternatif-alternatif yang tersedia.

3.      Konsistensi dari perbandingan
Consistency Index (CI) merupakan suatu cara untuk mengukur error dari keputusan. Semakin mendekati nilai nol, maka CI semakin konsisten. Selain itu rasio dari CI secara random juga dibandingkan dengan random index (RI) dikenal dengan nama Consistency ratio (CR). Saaty (2000) menyarankan bahwa sebaiknya nilai CR < 10% untuk menunjukkan bahwa keputusun dapat diterima (konsisten). Pendekatan dengan matriks mencerminkan aspek ganda dalam prioritas yaitu mendominasi dan didominasi. Perbandingan dilakukan berdasarkan judgment dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar