Proses
Hierarki Analitik (Analytical
Hierarchy Process - AHP)
dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton School of Business pada
tahun 1970-an untuk mengorganisasikan informasi dan judgment dalam memilih alternatif yang
paling disukai (Saaty, 1983). Dengan menggunakan AHP, suatu persoalan yang akan
dipecahkan dalam suatu kerangka berpikir yang terorganisir, sehingga
memungkinkan dapat diekspresikan untuk mengambil keputusan yang efektif atas
persoalan tersebut. Persoalan yang kompleks dapat disederhanakan dan dipercepat
proses pengambilan keputusannya.
Prinsip kerja AHP adalah penyerderhanaan suatu
persoalan kompleks yang tidak terstruktur, stratejik, dan dinamik menjadi
bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat
kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subjektif tentang arti
penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel yang
lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk
menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk
mempengaruhi hasil pada sistem tersebut.
Secara grafis, persoalan keputusan AHP dapat
dikonstruksikan sebagai diagram bertingkat, yang dimulai dengan goal/sasaran,
lalu kriteria, dan alternatif
Tahapan – tahapan pengambilan
keputusan dalam metode AHP adalah sebagai berikut :
1. Membuat
struktur hirarki dari permasalahan pengambilan keputusan
Pembuatan struktur hirarki dari suatu permasalahan merupakan proses awal
yang menjadi dasar dalam AHP. Hirarki yang dibangun menunjukkan hubungan antara
elemen-elemen pada level yang sama dengan level dibawahnya. Saaty (2000)
menyarankan bahwa salah satu cara yang paling tepat dalam membuat struktur
hirarki adalah dengan menetapkan tujuan (goal) yang ingin dicapai,
kemudian diturunkan hirarkinya. Sedangkan penyelesaikan alternatif-alternatif
naik ke atas samapai dimana dua proses terhubungkan dan dapat
dibandingkan.
2. Membuat matrik perbandingan berpasangan
Setelah struktur hirarki terbentuk dan data telah diperoleh, maka
dilakukan perbandingan. Parameter-parameter dari setiap elemen dari matriks
berpasangan (pairwise) perlu didefinisikan. Elemen-elemen dari suatu
level dibandingkan berpasangan dengan tetap memperhatikan elemen spesifik pada
level diatasnya. Suatu matriks keputusan (A) akan diformulasikan dengan
menggunakan perbandingan tersebut. Perbandingan antara dua kriteria dibuat
berdasarkan kriteria mana yang lebih penting dengan
mempertimbangkan tujuan yang ingin dicapai. Saaty (2000) menyarankan
menggunakan skala 1-9 untuk perbandingan secara kuantitatif dari
alternatif-alternatif yang tersedia.
3. Konsistensi
dari perbandingan
Consistency Index (CI) merupakan suatu cara untuk mengukur error dari keputusan. Semakin mendekati
nilai nol, maka CI semakin konsisten. Selain itu rasio dari CI secara random
juga dibandingkan dengan random
index (RI) dikenal dengan
nama Consistency ratio (CR). Saaty (2000) menyarankan
bahwa sebaiknya nilai CR < 10% untuk menunjukkan bahwa keputusun dapat
diterima (konsisten). Pendekatan dengan matriks mencerminkan aspek ganda
dalam prioritas yaitu mendominasi dan didominasi. Perbandingan dilakukan
berdasarkan judgment dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat
kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar