Translate

Selasa, 18 Desember 2012

Integrasi Delphi, AHP dan SWOT



Integrasi dari tiga metode utama untuk pengambilan keputusan yang terdiri dari Delpi, AHP dan SWOT diharapkan akan menghasilkan keputusan strategi pemasaran  yangmenyeluruh yang efektif serta tepat guna dan tujuan untuk mencapai sasaran atau hasil yang diinginkan . Integrasi ke tiga metode pengambil keputusan ini secara garis besar bekerja berurutan disesuaikan dengan sifat dan karakter dari metode itu yang dimulai dari Delphi, AHP dan terakhir SWOT.
Garis besar Integrasi proses ke tiga metode pengambil keputusan adalah sebagai berikut:
·        Input dari Delphi berupa kuisoner dan outputnya list of criteria atau daftar  dari kriteria – kriteria.
·        Input dari AHP adalah list of criteria dari Delphi dan output AHP adalah berupa pembobotan faktor dari kriteria – kriteria keputusan tersebut.
·        Output AHP yang berupa pembobotan faktor dari kriteria – kriteria keputusan tersebut merupakan input bagi SWOT dimana ouput dari SWOT yang mana merupakan pilihan strategi dan arah pemasaran untuk mencapai tujuan perusahaan.

SWOT (Strengths, Weakness, Opportunity, Threat)


      Dalam pembuatan SWOT matriks ini dibutuhkan matriks EFE dan matriks IFE untuk menentukan strategi yang akan diambil perusahaan berdasarkan kondisi tertentu dimana matriks tersebut adalah:
   a). Matriks  Evaluasi Faktor Eksternal (EFE Matrix).
         Mengidentifikasi faktor – faktor eksternal apakah faktor tersebut adalah sebagai peluang atau ancaman. EFE Matrix memungkinkan para penyusun strategi untuk meringkas dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografis, lingkungan , politik, pemerintahan, hukum, tehnologi dan kompetitif.
b). Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE Matrix).
             Mengidentifikasi faktor – faktor internal apakah faktor tersebut adalah sebagai peluang atau ancaman. IFE Matrix ini meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam area – area fungsional bisnis dan juga menjadi landasan untuk mengidentifikasiserta mengevaluasi hubungan diantara area tersebut.
     Matriks SWOT, mencocokan peluang dan ancaman dari faktor eksternal dengan kekuatan dan kelemahan dari faktor internal.  
Matriks SWOT mengintegrasikan Strength dengan Opportunity (SO), Strength dengan Threath (ST), Weakness dengan Opportunity (WO), dan Weakness dengan Threath (WT).
Strategi SO digunakan dengan pendekatan mengoptimalkan semua kekuatan perusahaan untuk mengambil semua peluang yang ada sehingga mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya bagi perusahaan.
Strategi WO digunakan dengan pendekatan mengoptimalkan semua peluang yang ada untuk mengurangin kelemahan yang menghambat perusahaan.
Strategi ST digunakan dengan pendekatan mengoptimalkan semua kekuatan perusahaan untuk mengurangi ancaman yang merugikan perusahaan.
Strategi WT digunakan dengan pendekatan meminimalisasi baik ancaman maupun kelemahan perusahaan dengan cara mencari celah-celah yang memungkinkan perusahaan untuk tetap bertahan.


Analytic Hierarchy Process (AHP)


Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy Process - AHP) dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton School of Business pada tahun 1970-an untuk mengorganisasikan informasi dan judgment dalam memilih alternatif yang paling disukai (Saaty, 1983). Dengan menggunakan AHP, suatu persoalan yang akan dipecahkan dalam suatu kerangka berpikir yang terorganisir, sehingga memungkinkan dapat diekspresikan untuk mengambil keputusan yang efektif atas persoalan tersebut. Persoalan yang kompleks dapat disederhanakan dan dipercepat proses pengambilan keputusannya.
Prinsip kerja AHP adalah penyerderhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, stratejik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel yang lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut.
Secara grafis, persoalan keputusan AHP dapat dikonstruksikan sebagai diagram bertingkat, yang dimulai dengan goal/sasaran, lalu kriteria, dan alternatif

Tahapan – tahapan pengambilan keputusan dalam metode AHP adalah sebagai berikut :
1.      Membuat struktur hirarki dari permasalahan pengambilan keputusan
Pembuatan struktur hirarki dari suatu permasalahan merupakan proses awal yang menjadi dasar dalam AHP. Hirarki yang dibangun menunjukkan hubungan antara elemen-elemen pada level yang sama dengan level dibawahnya. Saaty (2000) menyarankan bahwa salah satu cara yang paling tepat dalam membuat struktur hirarki adalah dengan menetapkan tujuan (goal) yang ingin dicapai, kemudian diturunkan hirarkinya. Sedangkan penyelesaikan alternatif-alternatif naik ke atas samapai dimana dua proses terhubungkan dan dapat dibandingkan. 
2.      Membuat matrik perbandingan berpasangan
Setelah struktur hirarki terbentuk dan data telah diperoleh, maka dilakukan perbandingan. Parameter-parameter dari setiap elemen dari matriks berpasangan (pairwise) perlu didefinisikan. Elemen-elemen dari suatu level dibandingkan berpasangan dengan tetap memperhatikan elemen spesifik pada level diatasnya. Suatu matriks keputusan (A) akan diformulasikan dengan menggunakan perbandingan tersebut. Perbandingan antara dua kriteria dibuat berdasarkan kriteria mana yang lebih penting     dengan mempertimbangkan tujuan yang ingin dicapai. Saaty (2000) menyarankan menggunakan skala 1-9 untuk perbandingan secara kuantitatif dari alternatif-alternatif yang tersedia.

3.      Konsistensi dari perbandingan
Consistency Index (CI) merupakan suatu cara untuk mengukur error dari keputusan. Semakin mendekati nilai nol, maka CI semakin konsisten. Selain itu rasio dari CI secara random juga dibandingkan dengan random index (RI) dikenal dengan nama Consistency ratio (CR). Saaty (2000) menyarankan bahwa sebaiknya nilai CR < 10% untuk menunjukkan bahwa keputusun dapat diterima (konsisten). Pendekatan dengan matriks mencerminkan aspek ganda dalam prioritas yaitu mendominasi dan didominasi. Perbandingan dilakukan berdasarkan judgment dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.



Metode Delphi



         Metode Delphi adalah modifikasi dari teknik brainwriting dan survei. Dalam metode ini, panel digunakan dalam pergerakan komunikasi melalui beberapa kuisioner yang tertuang dalam tulisan. Teknik Delphi dikembangkan pada awal tahun 1950 untuk memperoleh opini ahli. Objek dari metode ini adalah untuk memperoleh konsensus yang paling reliabel dari sebuah grup ahli. Teknik ini diterapkan di berbagai bidang, misalnya untuk teknologi peramalan, analisis kebijakan publik, inovasi pendidikan, program perencanaan dan lain – lain.
Metode Delphi dikembangkan oleh Derlkey dan asosiasinya di Rand Corporation, California pada tahun 1960-an. Metode Delphi merupakan metode yang menyelaraskan proses komunikasi suatu grup sehingga dicapai proses yang efektif dalam mendapatkan solusi masalah yang kompleks.
Pendekatan Delphi memiliki tiga grup yang berbeda yaitu : Pembuat keputusan, staf, dan responden. Pembuat keputusan akan bertangungjawab terhadap keluaran dari kajian Delphi. Sebuah grup kerja yang terdiri dari lima sampai sembilan anggota yang tersusun atas staf dan pembuat keputusan, bertugas mengembangkan dan menganalisis semua kuisioner, evaluasi pengumpulan data dan merevisi kuisioner yang diperlukan. Grup staf dipimpin oleh kordinator yang harus memiliki pengalaman dalam desain dan mengerti metode Delphi serta mengenal problem area. Tugas staf kordinator adalah mengontrol staf dalam pengetikan. Mailing kuesioner, membagi dan proses hasil serta pernjadwalan pertemuan. Responden adalah orang yang ahli dalam masalah dan siapa saja yang setuju untuk menjawab kuisioner.
  
            Prosedur Delphi
Prosedur metode Delphi adalah sebagai berikut :
1. Mengembangkan pertanyaan Delphi
    Ini merupakan kunci proses Delphi. Langkah ini dimulai dengan memformulasikan garis besar pertanyaanoleh pembuatan keputusan. Jika responden tidak mengerti garis besar pertanyaan maka masukan proses adalah sia – sia. Elemen kunci dari langkah ini adalah mengembangkan pertanyaan yang dapat dimengerti oleh responden. Anggota staf harus menginterview pembuat keputusan benar – benar jelas mengenai pertanyaan yang dimaksud dan bagaimana informasi tersebut akan digunakan.
2. Memilih dan kontak dengan responden
       Partisipan sebaiknya diseleksi dengan dasar ; secara personal responden
mengetahui permasalahan, memiliki informasi yang tepat untuk dibagi, tranformasi untuk melengkapi Delphi dan responden merasa bahwa agregasi pendapat panel responden akan termasuk informasi yang mereka nilai dan mereka tidak mengakses dengan cara lain. Seleksi aktual dari responden umumnya menyelesaikan melalui penggunaan proses nominasi.
3.  Memilih ukuran contoh
Ukuran panel responden bervariasi daengan kelompok yang homogen dengan lima partisipan mungkin cukup. Akan tetapi dalam sebuah kasus dimana refrence yang bevariasi diperlukan maka dibutuhkan partisipan yang lebih besar.
4. Mengembangkan kuisioner dan test 1
    Kuisioner pertama dalam Delphi mengikuti partisipan untuk menulis respon pada garis besar masalah. Sampul surat termasuk tujuan, guna dari hasil, perintah dan batas akhir respon.
5. Analisa kuisioner 1
 Analisa kuisioner harus dihasilkan dalam ringkasan yang bersisi bagian – bagian yang diidentifikasi dan komentar dibuat dengan jelas dan dapat dimengerti responden terhadap kuisioner 2. Anggota grup kerja mendokumentasikan masing – masing respon pada kartu indeks, memilih kartu kedalam katagori umum, mengembangkan sebuah konsensus pada label untuk masing – masing katagori dan menyiapkan ringkasan bayangan yang berisi katagori – katagori.
6. Pengembangan kuisioner dan test 2
Kuisioner kedua dikembangkan menggunakan ringkasan responden dari kuisioner 1. Fokus dari kuisioner ini adalah untuk mengidentifikasikan area yang disetujui dan yang tidak, mendiskusikan dan mengidentifikasi bagian yang diinginkan serta membantu partisipan mengetahui masing – masing posisi dan bergerak menuju pendapat yang akurat, responden diminta untuk memilih pada ringkasan bagian kuisioner 1
7. Analisa kuisioner 2
Tugas dari kelompok kerja adalah menghitung jumlah suara masing – masing bagian yang meringkas komentar yang dibuat tentang masing – masing bagian. Tujuan dari tahapan ini adalah untuk menentukan jika informasi lengkap akan membantu untuk penyelesaian masalah atau paling tidak membuktikan untuk digunakan di berbagai cara.
8.  Mengembangkan kuisioner dan test 3
     Kuisioner 3 didesain untuk mendorong masukan proses Delphi
9.  Analisis kuisioner 3
    Analisa tahap ini mengikuti prosedur yang sama pada analisis kuisioner 2
10. Menyiapkan laporan akhir

Metoda Delphi dipandang lebih tepat dipergunakan untuk menjaring opini untuk perumusan  visi maupun objektif  disebabkan pertimbangan
·     Kemampuannya untuk menampung opini subjektif  setiap individu secara iteratif dan adanya umpan balik terkendali  dalam penilaian respons kelompok
·     Sifat anonim dalam penarikan survey-nya, maka memungkinkan pengungkapan pendapat secara bebas dan tak memunculkan efek dominasi atau pengaruh sesuatu pendapat dari seseorang yang memiliki otoritas lebih tinggi dalam melahirkan ide.
·      Seluruh responden terlibat aktif sejak awal proses dan putaran survey sehingga memudahkan mencari solusi yang kompromistis dan memberikan efektivitas tinggi dalam implementasi keputusan.